Pages

Sabtu, 19 Oktober 2013

Before

Before


Aku menghela nafas. Kurasakan separuh energiku terkuras habis sejak tadi, wajahku yang kotor terkena debu dan keringat semakin memperjelas keletihanku. Sekarang aku masih harus mengangkat beberapa kardus lagi, berat. Hari ini adalah hari pertama aku menempati rumah baru, rumah yang lumayan besar dengan halaman yang luas dan asri. 


Kurasakan pinggangku mulai pegal, akhirnya akupun bergegas naik kekamar baruku yang berada dilantai 2, kamarku masih berantakan, hanya beberapa perabotan seperti sofa dan kasur yang memenuhinya, tanpa berpikir panjang, aku  segera naik kekasur dan meng-istriahatkan tubuh dan otakku, dan tidak bisa kupungkiri, aku juga harus meng-istriahatkan perasaanku.  Segera ku raih ponselku ketika ku dengar suara dering yang telah kuhafal, setengah berharap aku meraihnya dan mencoba membaca nama yang tertera di layar ponselku, seketika harapanku pupus saat mendapati nama yang tertera dilayar ponselku bukanlah nama yang kuharapkan, dengan malas aku mendekatkan ponselku ketelinga.


“Sudah sampai? Bagaimana rumah barumu?” tanya Hanny dengan antusias, “Ya, lumayan, padahal aku kira rumahku bakal mirip rumah hantu, tapi ternyata tempat ini cukup asri” jawabku sambil menutup mata. “Benarkah? Apakah Harry meneleponmu? Sejak tadi dia masih dikamar, dan asal kau tahu saja, rumahku menjadi sangat sepi sejak kepindahanmu Ra” kata Hanny, bisa kubayangkan wajahnya yang cantik sedang menggerutu saat berbicara, Hanny adalah tetangga dirumah duluku, dan dia mempunyai seorang abang, namanya Harry, cinta pertamaku. 


Sejak dulu aku , Hanny dan Harry telah tumbuh bersama, petemanan kami telah berlangsung sejak aku masih berumur 8 tahun, saat itu aku sedang menangkap seekor capung digot depan rumahku, tapi tiba-tiba kedua bersaudara itu mengejutkanku dan kelanjutannya pasti bisa dibayangkan. Ya, aku jatuh kedalam got dan mereka berdua berteriak histeris, Harry yang saat itu telah berusia 10 tahun langsung menyelamatkanku, dengan susah payah dia menarikku dan akhirnya berhasil, hanya saja akhirnya dia juga harus rela jika kaos snoppy kesayangannya harus berlumur lumpur yang sangat bau, dan saat itulah aku jatuh cinta padanya, seorang anak laki-laki berkaos snoppy.


Setelah bercerita panjang lebar dengan Hanny, aku segera menutup telepon dan mencoba tidur, seluruh badanku juga telah menuntut untuk diistriahatkan, sambil menutup mata aku kembali mengingat-ngingat masa laluku, semua seakan masih sangat jelas, aku masih ingat saat aku dan Hanny sedang bermain ayunan dihalaman rumah Hanny yang terbilang sangat sejuk dan luas, sejauh mata memandang  yang ada hanyalah rumput-rumput kecil terawat, bunga berwarna-warni dan sebuah pohon mangga yang sangat besar dan rindang, saat itu Harry memetik sebuah bunga kecil berwarna kuning dan menyematkannya ketelingaku, laki-laki itu tertawa lebar memamerkan deretan gigi berwarna putih dan mata sipitnya, membuatku tersenyum tak kalah lebar.


Selama ini aku telah mencintai pria itu, mencintainya selama  10 tahun, tapi sampai sekarang aku tidak pernah tahu apa perasaanku terbalas atau tidak, setetes air mataku menetes tanpa kusadari, mengingatnya saja sungguh membuatku sakit hati, aku tak pernah berani menanyakan perasaannya padaku, mungkin ini karena aku takut dengan segala kemungkinan yang terjadi, aku takut dia tidak mencintai aku seperti aku mencintainya.


                Otakku kembali berkelana sesukanya dan berhenti mengulang memori saat aku berusia 10 tahun,  saat aku telah menjadi seorang gadis SMP, hari itu aku terbangun oleh suara teriakan Hanny dari halaman rumahku, dengan malas aku mengintip kearah jendela dan mendapati kedua bersaudara itu telah siap dengan pakaian yang melekat ditubuh mereka, Hanny dengan dress pink berpita putih dan tentu saja Harry tidak kalah keren, dia memakai kaos berwarna putih bertuliskan “LOVE” berwarna pink dengan celana selutut berwarna krem, dengan rambut jabrik dan lesung pipi yang membuatnya semakin menawan. Setelah turun dan bersiap-siap mereka mengajakku kesuatu tempat dibelakang komplek, disana terdapat sebuah jembatan kayu yang mulai rapuh dengan dikelilingi batu-batu besar.


                “SURPRISE!!” teriak Hanny saat mereka membuka penutup mata yang sedari tadi telah menutup mataku, mataku terbelalak saat mendapati jembatan tua itu telah dihias dengan pita-pita pink, beberapa balon juga disematkan begitu saja diranting pohon, tiba-tiba Harry datang membawa sebuah kue berwarna putih dengan beberapa lilin menyala diatasnya, ya, hari itu hari ulang tahunku.


                Tak hanya puas membuat permohonan dengan lilin, kami juga menuliskan permohonan di kertas dan mengikatkannya ke balon, berharap permohonan kami sampai keatas dan terbaca oleh para malaikat, sambil mengadah keatas melihat 3 balon telah semakin mengecil, kami saling tertawa dan menatap satu sama lain, saat itu aku sangat berharap waktu bisa berhenti berputar, membiarkan kami bertiga disini. Dan aku bisa melihat senyuman Harry untuk selama-lamanya.


                Kurasakan air mataku kembali menetes mengingat segala kenangan yang pernah kulewati, sampai detik ini perasaanku masih tetap sama, aku tak pernah bisa melihat pria lain selain Harry, pria itu telah membuatku jatuh cinta,  membuatku jatuh terlalu dalam hingga aku tak mampu untuk pergi lagi, tak pernah sedikitpun perasaanku berubah. Aku memejamkan mata, dan dengan perasaan tak karuan aku pun tertidur.


                Kulihat laki-laki yang berdiri didepanku ini, mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna putih merah yang sangat serasi dengan kulitnya, dengan celana selutut berwarna putih semakin membuatku tak berhenti menatapnya, rambutnya yang jabrik yang tak terlalu rapi membuatnya semakin tampan, bibir merahnya tak berhenti tersenyum saat aku dan Hanny memuji penampilannya hari ini, dengan terburu-buru dia pergi kesekolah barunya memakai sepeda karena letaknya yang sangat dekat dengan komplek kami, hari ini Harry telah menjadi murid SMA, tak pernah mau ku bayangkan apa yang akan terjadi, aku takut Harry akan jatuh cinta pada orang lain.


                Semakin hari kurasakan Harry semakin menjauh, kegiatan rutin kami yang akan selalu makan malam bersama setiap hari sabtu mendadak hilang, Harry tidak pernah hadir lagi, dia akan memilih pergi dengan teman-teman sebayanya, selalu memberikan janji dan harapan yang akhirnya dia ingkari, membuatku hanya menghela nafas setiap melihatnya pergi dari jendela kamarku. Aku merindukan masa lalu, aku merindukan kami yang dulu, aku merindukannya, sungguh-sungguh merindukannya.


Aku terbangun dan samar-samar kulihat cahaya oranye menembus kedalam kelopak mataku, ternyata mimpi. Hanya saja aku memimpikan kenangan-kenangan pahitku. Dengan malas aku memaksa kakiku mendekati jendela kamarku yang menghadap langsung kehalaman, gorden  kamarku yang berwarna putih melambai-lambai terkena angin kencang, sepertinya akan turun hujan.  Dengan tergesa-gesa aku menuruni tangga dan menggambil beberapa kotak kardus yang memuat barang-barangku. Kususun baju-baju dan segala perlengkapanku kedalam lemari, tiba-tiba mataku melihat sebuah lukisan yang sudah sangat ku kenal.


                Sebuah lukisan tangan milikku dan Harry, seingatku kami membuatnya berdua saat Hanny sedang pergi kerumah teman-temannya, kejadian itu sekitar 3 tahun yang lalu, saat itu aku dengan sengaja mencoret pipinya dan dia membalasku dengan mengoleskan cat air kehidungku, lukisan usang yang mulai memudar, waktu itu aku hanya bisa melihat wajah Harry yang letih dan serius sedang melukis sebuah pohon dan ayunan, setelah berjam-jam melukis, akhirnya lukisan itupun selesai. Akhirnya air mataku berhasil menembus pertahanan yang dari tadi telah kubuat , semua ini terlalu berat, terlalu banyak kenangan yang telah kulewati dengannya. 


                Kusentuh lukisan itu dan kuperhatikan baik-baik, ada sebuah lukisan bunga kecil berwarna kuning dan dibawahnya terdapat sebuah tulisan bertuliskan “Aku mencintaimu” saat aku menerawangnya. Mataku terbelalak membaca tulisan itu, tulisan tangan Harry, apakah selama ini Harry juga mencintaiku? Apakah ternyata aku tidak bertepuk sebelah tangan? Apakah aku masih belum terlambat?


                Tanpa berpikir panjang aku segera berlari keluar rumah, aku harus menemui Harry sekarang juga, kurasakan hujan rintik-rintik telah membasahi seluruh tubuhku, entahlah aku tidak peduli, aku tidak bisa menyembunyikan rona kebahagiaanku, ternyata selama ini cintaku terbalas, dan semoga aku masih belum terlambat. Aku terus berlari menuju rumah Harry yang hanya berbeda sekitar 4 komplek dari komplek baruku, sepanjang jalan aku terus memikirkan pria itu, dan melupakan kemungkinan terburuk yang akan terjadi.

                And life will not be repeated.

                Langkahku terhenti saat melihat pemandangan didepanku ini, seorang pria sedang memeluk seorang wanita dengan mesra, dan pria itu membenamkan wajahnya dibahu wanita itu, sang wanita tersenyum dan menepuk-nepuk bahu pria itu, seakan berkata “Ada aku disini”, pria itu adalah Harry. 


Langkahku bergerak mudur dan tanpa sadar aku kembali berlari menjauhi tempat itu, air mataku tak berhenti mengalir, dengan hujan yang semakin deras semakin membuatku yakin bahwa alampun ikut merasakan kesedihanku saat ini. Aku telah terlambat, aku telah terlambat dari 3 tahun lalu. Apakah begitu sulit untuk memilikinya? Apakah waktu 10 tahun mencintainya tak cukup untuk membuktikan bahwa aku sangat mencintainya? Dan aku baru sadar, hal yang seharusnya kulakukan dari dulu adalah mengatakan bahwa aku sangat mencintainya.


 Karena lelah akhirnya akupun berhenti berlari dan memilih jongkok sambil membenamkan wajahku, aku tidak bisa menahannya lagi, tangisku meledak sederas hujannya sore ini . Kurasakan air yang sedari tadi menusuk-nusuk punggungku berhenti, apakah hujannya telah reda? Dengan heran aku mengadah keatas dan mendapati seorang pria berkacamata dengan kulit putih dan tinggi sekitar 173 cm menatapku khawatir, dia membawa sebuah payung berwarna merah dan menyodorkanku sebuah sapu tangan, laki-laki itu tersenyum dan menatapku dengan lembut.


                “Aku Hayden, kamu gak apa-apa?” tanyanya hati-hati.

                “Aku Rara” jawabku bingung.

    And my life began.


The End

Kamis, 03 Oktober 2013

Cerpen "Different"


Kita tidak akan hidup dimasa lalu, kan? Meski kadang cinta itu tak memandang perbedaan yang terlampau jauh, cinta juga dapat membuat kita tersenyum, lalu menangis, tapi meskipun kita tahu dia akan membuat kita menangis, sekuat apapun berusaha, kita tidak akan pernah bisa menghindarinya.


         Different



Entah sudah berapa kali aku mengatakan lelah, entah sudah berapa kali mataku berwarna merah dan sembab akibat menangis, entah berapa kali kamu sakiti aku, sejak tadi aku hanya bisa membenamkan wajahku diantara buku-buku ini, berharap tak ada seorang pun yang bisa melihat wajah muramku saat ini, aku sangat membenci keadaan dimana aku harus tersenyum secara terpaksa agar terlihat ceria. Sungguh semua ini sungguh melelahkan, harus memikirkan perasaan orang lain sedangkan perasaaanku sendiri sedang kacau. Semua ini karena kamu, laki-laki yang sangat kucintai dan telah pergi.


Entah sudah berapa kali aku bahagia karena cinta dan kehangatan yang kamu berikan, tapi entah berapa kali juga aku menangis karena sifatmu yang terlalu berbeda denganku, kita memang sudah berbeda dari awal, entah sudah berapa kali aku mengingatkan hatiku untuk bisa menjaga perasaanku, aku tahu perasaan ini akan berubah menjadi cinta dan menuntut kejelasan jika dibiarkan mengalir. Tapi entah kenapa, sekuat apapun aku berusaha, akhirnya aku jatuh juga. Jatuh ke lubang hatimu saat aku tidak berhati-hati melangkah. Perbedaan kita membuat penyesalan yang selama ini kuhindari malah semakin dekat. Sifat dan jarak kita yang terlalu jauh semakin menegaskan bahwa kita memang tak akan pernah bisa bersama.


Aku tahu ini salahku, dan tolong jangan salahkan aku! Aku sudah cukup menderita karena penyesalanku beberapa tahun ini tak kunjung hilang, maaf.  Salahku yang terlalu lelah menunggu, salahku yang tak pernah mengerti sinyal-sinyal cinta darimu, salahku yang kurang peka, salahku juga karena aku berpaling kepada dia yang memberikanku kepastian , dan sedikit bumbu dari salahmu yang terlalu mengulur waktu telah sukses memisahkan kita.


Entah kapan desiran aneh ini muncul, setahu-ku denyutan-denyutan keras yang berasal dari jantung ini tak pernah ku rasakan sebelumnya, meskipun beberapa bulan awal kita berkenalan tak pernah terpikirkan olehku jika suatu saat nanti kamu yang akan mengisi relung hatiku, meski ternyata kamu berhasil menaburkan benih-benih perhatian dan cinta untuk kita panen. Tapi mengapa waktu kita sangat tidak tepat? Karena ternyata aku menyadari perasaan terpendammu saat kita sudah terpisah oleh status.


Ketika kamu memilih untuk meninggalkanku, mengapa? Mengapa perasaan penyesalan ini datang menumbrukku sedemikian hebat? Membuatku goyah dan terjatuh. Mengingatmu akan membuatku merasa seperti terbawa waktu kebeberapa tahun lalu, dimana kita selalu bersama. Hari-hariku mulai dipenuhi dengan senyuman manismu, dan tak jarang ketika aku berkedip, wajahmu lah yang akan selalu muncul, membayangkan tingkahmu saja sudah sukses membuatku tertawa.


Aku tahu seberapa banyak maaf yang kulontarkan dari mulutku takkan bisa merubah banyak hal, tapi aku tetap ingin mengatakannya, saat tatapan kita bertemu dan aku berharap kamu bisa melihat ketulusan dan penyesalan dari bola berwarna hitam dimataku, menerjang lurus-lurus jauh kedalam hatiku, dan aku akan mengucapkan kata yang dari awal memang harus ku-ucapkan. Maaf.


Semua ini berawal saat kamu memutuskan untuk berangkat ke Australia, meninggalkanku tanpa kabar , meninggalkanku saat aku membutuhkan pelukan dan sandaran, meninggalkan surat yang berhasil membuatku menangis, diantara perasaan lega, bersalah, menyesal dan bahagia. Bagaimana bisa surat sepenting ini tak terbaca? Sungguh, mungkin maaf juga takkan pernah ada artinya lagi. 


Kita sudah berpisah, memilih berhenti dan berjalan dijalan masing-masing, menggenggam erat tangan pasangan-pasangan baru kita dan pergi, melupakan rasa terkutuk ini , tersenyum lega sambil menatap langit yang mulai membiru. Melihatmu melangkah semakin menjauh yang tersenyum memandangi cantiknya kekasih barumu, dan aku juga akan tertawa melihat tingkah kekasih baruku ini. Mungkin ini jalan terbaik kita, tapi sebelum aku pergi bolehkah aku menjawab pertanyaanmu yang telah terpendam selama ini? 


“I will ..”



                                                                           *****

Senin, 21 Maret 2015


Dear, Chila

Maaf karena keberangkatanku yang terburu-buru, sampai-sampai aku tak sempat untuk mengabarkanmu, maaf ya. Kamu boleh cubit aku kok kalau nanti aku udah pulang, hehe.

Chila, mungkin aku akan pergi ke Australia untuk beberapa minggu, tapi aku mau kamu bisa menungguku pulang, karena saat aku pulang, aku gak akan pernah mau membuat kamu kesepian lagi. Kamu bisa nunggu aku kan?

Mungkin menurut kamu, aku aneh karena udah lancang meminta kamu untuk menungguku pulang, karena entah sudah berapa lama kamu bersedia menunggu kejelasan hubungan kita, tapi percayalah ini karena aku takut kamu akan melupakan aku. Sebenarnya aku juga gak tega biarin kamu kesepian, maaf Chila, aku benar-benar terpaksa harus ke Australia karena ada beberapa masalah yang harus segera aku selesaikan, tapi aku janji aku akan pulang.

Dan sebenarnya aku juga pengen jujur,  orang yang sedang aku sukai itu kamu, hahaha lucu ya kalau aku ingat kamu pas lagi maksa-maksa aku buat kasih tahu siapa orangnya. Kamu tahu? perasaan ini udah sangat lama aku pendam. Iya, aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Aku jatuh cinta padamu, Chila.

Will you be mine?

Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang, karena aku akan menunggu jawaban itu saat aku pulang dari Australia, kamu jaga diri baik-baik ya! :) huh~ sebenarnya sangat sulit mengingat aku sudah terbiasa dimanjakan oleh senyuman-senyumanmu, kamu tahu? Bisa dipastikan hari-hariku akan berat, tanpa kamu.


                                                                                                                                   With Love,
                                                                                                                              Austin Theodore



Kurasakan sebutir air hangat keluar berhasil menembus pertahanan dikelopak mataku, surat ini tertumpuk diantara buku-buku yang mulai usang, seingatku beberapa hari yang lalu buku-buku ini akan segera kubuang, tapi sepucuk surat berwarna biru dengan pita merah muda membuatku tertarik untuk membukanya, tepat dua minggu setelah kamu menghilang entah kemana. Mengapa surat sepenting ini malah tak terbaca olehku? Ingin rasanya aku memutar waktu, tapi jika aku bisa. Dan seketika itu dapat ku rasakan air mataku mengalir deras.


Aku juga mencintaimu..
Tapi maaf, aku sudah menjadi miliknya..
Dia memberikan kepastian yang selama ini kuharapkan darimu..
Dan ketika aku membutuhkanmu, kamu menghilang dan dia memberikanku beribu janji..
Maaf, Austin, aku tak pernah tahu kalau kamu memintaku untuk menunggumu pulang..
Aku hanya dapat berharap kamu bisa bahagia..
Meskipun bukan aku yang mendapat kesempatan itu..




The end

Selasa, 10 September 2013

Cerpen "Love"


Maafin gue yang telat ini! :( Sorry yah udah ngaret lama banget, sekarang waktunya ngepost lagi nih! selamat membaca :)




                  Love


Aku akan selalu menjadi fans nomor 1 mu, karena setiap melihatmu bernyanyi diatas panggung itu, hatiku akan bersorak-sorak lebih kencang dari sorakan ribuan fans-mu, aku juga akan menjadi pahlawanmu, jika ada orang yang berani mencoba melukaimu, sebut saja namaku, aku akan datang dan menolongmu, tak kan kubiarkan seseorang menyentuhmu bahkan sehelai rambutpun , mungkin ini karena aku jatuh terlalu dalam dan masuk dalam perangkap pesonamu, mungkin karena jarak tubuh ini yang menyebabkan hatiku sakit setiap merindukanmu, mungkin juga karena aku telah terlalu mencintaimu, lebih dari apapun yang pernah kurasakan.



Sudah 5 tahun kita saling kenal, sungguh lucu mengingat kejadian apa saja yang telah ku lewati denganmu, senyuman manis dan rengekan manjamu tak pernah bisa kulupakan meski hanya sedetik, semua berawal saat keluargamu datang untuk mengunjungi nenek, seorang nenek tua yang sangat baik hati, nenekmu telah ku anggap sebagai nenekku juga, entah apa yang membuat nenek itu betah tinggal di desa terpencil seperti ini, tanpa mobil, motor ataupun alat elektronik lainnya, yang ada hanya radio tua yang kadang tak berfungsi. 



Pertemuan singkat kita dikebun strawberry  itu berhasil menciptakan percikan-percikan aneh, membuat jantungku berdebar 3 kali lebih cepat, menghasilkan perasaan kaku dan canggung namun sangat nyaman, mungkinkah ini cinta pada pandangan pertama? Wajah bulat dengan mata besar, hidung mancung dan bibir tipis berwarna merah itu sangat serasi dengan kulit putihmu, membuat pupil mataku melebar meski kurasa cahaya masih cukup terang  mengingat saat itu masih pagi. Meski dinginnya angin dan embun terasa menusuk kulit hingga ketulang, tapi anehnya saat itu aku merasa hangat.



Desiran darahku semakin melaju saat kamu menyadari aku yang sedang menatapmu, refleks aku segera melengkungkan bibirku hingga membentuk senyuman tulus, melihat tingkah konyolku kamu malah tertawa sekeras-kerasnya, sungguh! aku telah jatuh cinta. Seorang gadis kota yang tak pernah kukenal, datang dan merebut hatiku tanpa bisa kucegah.



Sudah menjadi kegiatan rutinku untuk membantu nenek memetik strawberry, tulangnya yang mulai rapuh tidak memungkinkannya untuk memetik lagi, dan aku tidak keberatan membantu nenek karena beliaulah yang telah membantu keluargaku, mungkin jika tidak ada dia, ibuku telah meninggal saat melahirkan adik bungsuku. Setiap pagi sebelum mentari muncul dari bukit itu aku akan selalu memetik strawberry yang sudah matang dan berwarna merah. Tapi semua berubah saat kamu datang membantuku , saat kutanya ternyata nenek yang menyuruhmu untuk membantu , meski begitu itu tidak bisa membuat kebahagiaanku luntur , karena saat itu dapat kurasakan tatapan tulusmu kepada ku meskipun aku hanya laki-laki desa yang sederhana.



Sekarang tubuhku terdiam, seakan menolak otak yang sedari tadi mendorongku untuk mendekati asal suara itu, melihat gadis didepanku aku tak habis pikir apakah yang barusan aku dengar adalah suatu maha karya Tuhan, suara emas yang membuat langit mendung pun ikut cerah saat mendengarnya, dengan santai kamu menyanyikan lagu “Someday” dengan mata tertutup dan rambut yang tertiup angin, sukses membuatku jatuh cinta padamu sekali lagi.



Mataku terbelalak saat mendengar pengakuanmu, ternyata kamu bukanlah hanya seorang gadis kota , tetapi ternyata kamu juga seorang penyanyi disana. Pengakuan yang membuat kekangumanku padamu bertambah sekaligus membuat hatiku diserang beribu jarum yang tidak kenal ampun. Kenapa dunia kita terlalu berbeda? Kepada siapakah aku harus marah disaat aku telah jatuh kedalam pesonamu? Fakta bahwa kamu seorang gadis kota saja sudah cukup memusingkan untukku, sekarang yang lebih membuatku frustasi adalah fakta bahwa kamu seorang penyanyi, membuat jarak kita semakin jauh, seakan tidak bisa menggapaimu sekuat apapun aku berusaha.



Tak pernah terbesit sedikitpun dikepalaku bahwa ini adalah saat terakhir aku bisa bertemu denganmu, mungkin pernah terpikirkan, tapi aku selalu membuang pikiran itu jauh-jauh karena aku tahu itu hanya akan menyakitiku, pertemuan singkat ini biarlah kita jadikan kenangan, terlalu sedikit memori yang kamu berikan padaku, tapi terlalu banyak memori yang bisa kuingat. Berlebihankah jika aku berharap kamu juga memiliki perasaan pada laki-laki sepertiku? Apakah aku berdosa jika berharap kamu memiliki debaran jantung yang sama kencangnya dengan jantungku saat kulit kita menyentuh satu sama lain? Mungkinkah aku bermimpi jika suatu saat kamu akan mengingatku meski hanya sedetik?



Tak pernah bisa ku artikan tatapan teduhmu dan lirikan manja yang kamu berikan padaku, aku terlalu takut berandai-andai karena aku sangat takut jika suatu hari kamu menghempas perasaanku yang telah terbang tinggi. Hingga detik terakhir waktu pertemuan kita, membangunkanku kedalam bawah sadar yang selama ini telah tertidur, menjadi boomerang yang siap menyakitiku karena aku tidak pernah menyadari perlakuan khusus darimu selama ini, maaf selama ini aku tidak pernah sadar, kebodohan dan keluguanku membuatku kehilangan kesempatan yang telah ada didepan mata. Tak pernah terpikiran diotakku mengapa seorang penyanyi sepertimu bisa jatuh cinta pada lelaki sepertiku, membuatku jatuh cinta pada ketulusanmu mencintaiku. 



Perpisahan ini sukses menggoreskan luka dihatiku saat melihatmu semakin menghilang dikejauhan, bagaikan tidak puas, kamu juga menambahkan  garam di lukaku  saat sebutir air bening berhasil menembus pipi merahmu. Membuatku frustasi dan berharap semua ini hanyalah mimpi, pertemuan singkat kita yang sungguh menyakitkan. Namun aku percaya, ada hikmah disetiap kejadian, kita hanya perlu lebih sering mensyukurinya .




Otakku berputar 5 kali lebih keras saat nenek memberitahuku sebuah alasan mengapa kamu dikirim kedesa ini, membuat  senyumanku mengembang setelah  beberapa hari ini kebahagiaanku seakan hilang ditelan bumi. Mungkin inilah kesempatan ke-2 ku, kesempatan yang tidak akan ku sia-siakan lagi, aku akan merebut hati yang sejak awal adalah milikku, melamarmu tanpa memikirkan jarak status kita yang terlampau jauh, siap atau tidak, aku akan datang, menjadi pendamping hidupmu dan ayah dari anak-anak kita. Aku mencintaimu gadis kotaku.




*Hidden Part*

Pagi itu aku kembali mengenang kenangan kita dikebun ini, membuat luka dihatiku semakin melebar saja, membuat sebutir air sukses menembus pertahanan yang telah dibuat oleh pelupuk mataku, tapi tiba-tiba nenek datang menghampiriku dan menceritakan alasan mengapa kamu bisa berada didesa seperti ini.



Mungkin salahku yang tidak mengenalmu, mungkin salahku juga tidak mengingat suara merdumu yang telah ada sejak kita masih kecil dulu, ya, kamu adalah teman sepermainan yang dulu pernah berkunjung kedesa ini dan membuatku jatuh cinta, kamu adalah cinta pertamaku. Dan yang membuatku tercengang adalah pertunangan yang telah lama nenek siapkan untuk kita, membuat keputus-asaan ku berubah menjadi semangat untuk mengejar cinta yang dari dulu telah menjadi milikku. Bedanya sekarang aku telah yakin dengan keputusanku, aku akan menjadi fansmu, menjadi pahlawanmu, menjadi sahabatmu, sekaligus menjadi suamimu.



“Tunggu aku, meski hanya dengan sebuket bunga mawar, aku yakin kamu akan bersedia menjadi istriku”



                                                      The EnD

Rabu, 28 Agustus 2013

Cerpen "Reason"

Siapa bilang cinta itu selalu berpihak kepada orang yang memiliki kelebihan? Jadi apakah orang yang kurang beruntung tidak bisa merasakan jatuh cinta? Apakah kalian pernah merasakan cinta yang datang saat kita melihat sisi kekurangan seseorang? Dan jatuh cinta pada pandangan pertama? Cinta itu datang dari hati, tanpa dipaksa, cinta juga muncul tanpa alasan, sebab jika kamu mencintainya dengan beribu alasan, maka kamu akan meninggalkannya dengan beribu alasan pula.




                                   Reason


(Chika)



Tok.. tok .. tok


Begitulah nada kehidupanku. Hidupku yang indah berubah seketika. Seekor anjing manis yang setia menemani tuannya, menggonggongiku saat aku akan menabrak tiang, ataupun menarik sendalku saat aku akan bertemu lubang. Sebuah tongkat kayu yang tak tahu bagaimana bentuknya setia menemaniku 10 tahun ini. Ya, aku seorang gadis buta. Sebuah kecelakaan telah merenggut kebahagian dan penglihatanku. Sejak saat itu aku tak pernah lagi bisa melihat pemandangan indah, bahkan wajahku saja aku sudah mulai lupa. Seingatku, saat itu aku hanyalah seorang gadis remaja yang ceria dan menikmati apa itu persahabatan dan cinta. Tapi sekarang “cinta” hanyalah sebuah kata penyakit bagi hatiku.




Mungkin aku salah jika membenci perasaan ini, mungkin aku juga kejam saat membohongi perasaanku sendiri. Tapi aku sadar bahwa aku hanyalah seorang gadis buta dengan segala kekurangan tanpa kelebihan. Aku tidak boleh mencintai seseorang jika aku tidak ingin terpuruk dan semakin terpuruk lagi. Aku hampa. Aku kesepian. Aku sendiri disini. Bahkan wajah orang tuaku saja aku sudah lupa, hanya sekilas memori yang kuingat saat aku masih bisa melihat mereka. Hanya sebuah tongkat dan seekor anjing yang setia menemani hidupku. Menuntunku berjalan dikegelapan ini. Tanpa terang sedikitpun. Sampai kamu datang untuk mengubahnya dan memberikanku beribu janji.




Siang itu, pertemuan didepan toko kue yang mengubah kehidupanku, mengubah pandanganku tentang “cinta” dan mengajariku arti “kesetiaan”. Terima kasih  karena kamu telah datang ke dalam hidup ku, memberikanku beribu janji yang mengharukan, membuatku merasa berarti dan penting, membuatku merasa bahwa akulah wanita paling beruntung didunia,  dan mewujudkan harapanku selama ini. Harapan kecil yang biasa tapi sangat berarti bagi wanita sepertiku, merasa dicintai dan mencintai seutuhnya.




Dulu aku merasa bahwa aku hanyalah seorang parasit, hanya merepotkan orang lain dan menjadi beban bagi kedua orang tuaku. Ingin sekali rasanya aku lari, andai saja aku bisa maka aku akan bersembunyi dari semua orang-orang ini. Kenapa kamu memilih diriku yang cacat ini? Apakah ini takdir ? Kamu hadir disaat aku sedang kesepian, mengajakku terbang ke negeri khayalan kita, mengenggam tangan mungilku disaat semua orang mencibirku. Sekuat apapun otak ini berpikir, mencari beribu alasan yang masuk akal kenapa kamu bisa mencintaiku, tapi hasilnya nihil. Tidak ada, otakku buntu, tak ada alasan yang masuk akal kenapa kamu bisa mencintai seorang wanita buta sepertiku. Apakah kamu tidak akan menyesal ? Mungkinkah kamu seseorang yang telah dikirim malaikat untuk menjadi penuntun langkah ku? Entahlah, yang aku tahu hanyalah fakta bahwa aku sangat mencintaimu yang mencintai kekuranganku.




Aku tak akan pernah menyangka apa yang sedang kamu katakan saat ini, sungguh diluar logika, hal yang tak pernah bisa ku bayangkan, bahkan mengharapkannya saja aku tidak berani. Tapi tanpa keraguan sedikitpun, tanpa perasaan takut menyesal sedikitpun, kamu menarik tanganku dan menciumnya, sungguh, aku takkan pernah berharap sesuatu lebih dari ini, merasa dicintai olehmu saja sudah cukup bagiku. Dunia khayalan kita yang telah menunggu untuk dilukiskan akhirnya berada dipuncaknya. Membayangkannya saja sudah sukses membuat senyumku mengembang. Apalagi mewujudkannya.




(Riko)




Kamu adalah gadisku, gadis yang membuatku tergila-gila saat pertama kali melihat, ditemani seekor anjing manis saat berjalan melewati sebuah toko kue milik pamanku, aku percaya kamu takdirku. Tak pernah bisa kuungkapkan dengan  kata-kata bila melihat wajah cantikmu itu, wajahmu memancarkan aura terang yang menyilaui mataku. Sungguh , kamu tidak pernah tahu betapa cantiknya kamu. Jika kamu bisa bercermin,maka kamu pasti sangat bahagia dan bersyukur karena memiliki wajah cantik seperti itu. Dimataku, hanya ada kamu, seorang gadis buta yang berhati mulia. Kekuranganmu benar-benar tak berarti lagi bagiku. Karena hatimu, aku mencintai hatimu, hati yang telah menjadi milikku seutuhnya.




Tak pernah terlintas diotakku apa yang akan menjadi takdirku dikemudian hari. Aku tak pernah menepis pertanyaan iseng temanku tentang kehadiran seorang kekasih. Tapi sejak ada kamu, si pencuri hatiku. Kuserahkan seluruh cintaku padamu. Tak pernah ada wanita lain yang bisa membuatku mencintai seseorang setulus ini. Seputih kapas. Aku ingin menjadi bagian hidupmu, terbang bersama kedunia khayalan kita, hanya berdua.




Aku tercengang saat kamu menangis didepanku. Apa aku berbuat salah? Aku tak habis pikir kenapa kamu bisa menangis tersedu-sedu hanya karena tidak dapat menemukan alasan, alasan kenapa aku bisa jatuh cinta pada gadis buta sepertimu. Tanpa berpikir panjang aku segera memeluk tubuh mungilmu, berharap bisa menghentikan tangisanmu, sungguh aku tak kuat saat melihat wanitaku menangis seperti ini. Aku mencintaimu Chika, hanya mencintaimu, jangan bertanya kepadaku kenapa aku bisa mencintaimu. Aku tidak pernah tahu alasannya. Apa yang membuatku harus memakan sesuatu saat aku lapar adalah sama dengan jawaban yang akan ku berikan. Itu kebutuhanku, dan kebutuhanku adalah mencintaimu.




Aku ingin terus tumbuh bersamamu, melewati sisa hidupku denganmu, membayangkan masa depan kita kelak, mempunyai pondok didalam bukit, mengajakmu bersantai diatas padang rumput yang luas, memakaikan bunga ditelinga yang akan menambah kecantikanmu. Melihat kelima anak kita tumbuh dewasa dan merasakan indahnya cinta layaknya kita berdua, bercerita tentang kejadian seru mereka diruang tengah pondok cinta kita.




 Ketika mereka semakin besar dan telah mendapatkan pasangan hidup mereka masing-masing, melihat cucu-cucu kita tumbuh dengan cepat, kita juga akan mulai menua, menunggu ajal menjemput kita dengan segala kebahagiaan yang ada. Maka dari itu, malam itu aku memberanikan diriku melamarmu untuk menjadi separuh hidupku. Ditemani dengan kotak kecil dan sebuket bunga mawar merah, aku mengatakan kata sihirnya.




“Will you marry me?”




                                                                    The End