Pages

Kamis, 03 Oktober 2013

Cerpen "Different"


Kita tidak akan hidup dimasa lalu, kan? Meski kadang cinta itu tak memandang perbedaan yang terlampau jauh, cinta juga dapat membuat kita tersenyum, lalu menangis, tapi meskipun kita tahu dia akan membuat kita menangis, sekuat apapun berusaha, kita tidak akan pernah bisa menghindarinya.


         Different



Entah sudah berapa kali aku mengatakan lelah, entah sudah berapa kali mataku berwarna merah dan sembab akibat menangis, entah berapa kali kamu sakiti aku, sejak tadi aku hanya bisa membenamkan wajahku diantara buku-buku ini, berharap tak ada seorang pun yang bisa melihat wajah muramku saat ini, aku sangat membenci keadaan dimana aku harus tersenyum secara terpaksa agar terlihat ceria. Sungguh semua ini sungguh melelahkan, harus memikirkan perasaan orang lain sedangkan perasaaanku sendiri sedang kacau. Semua ini karena kamu, laki-laki yang sangat kucintai dan telah pergi.


Entah sudah berapa kali aku bahagia karena cinta dan kehangatan yang kamu berikan, tapi entah berapa kali juga aku menangis karena sifatmu yang terlalu berbeda denganku, kita memang sudah berbeda dari awal, entah sudah berapa kali aku mengingatkan hatiku untuk bisa menjaga perasaanku, aku tahu perasaan ini akan berubah menjadi cinta dan menuntut kejelasan jika dibiarkan mengalir. Tapi entah kenapa, sekuat apapun aku berusaha, akhirnya aku jatuh juga. Jatuh ke lubang hatimu saat aku tidak berhati-hati melangkah. Perbedaan kita membuat penyesalan yang selama ini kuhindari malah semakin dekat. Sifat dan jarak kita yang terlalu jauh semakin menegaskan bahwa kita memang tak akan pernah bisa bersama.


Aku tahu ini salahku, dan tolong jangan salahkan aku! Aku sudah cukup menderita karena penyesalanku beberapa tahun ini tak kunjung hilang, maaf.  Salahku yang terlalu lelah menunggu, salahku yang tak pernah mengerti sinyal-sinyal cinta darimu, salahku yang kurang peka, salahku juga karena aku berpaling kepada dia yang memberikanku kepastian , dan sedikit bumbu dari salahmu yang terlalu mengulur waktu telah sukses memisahkan kita.


Entah kapan desiran aneh ini muncul, setahu-ku denyutan-denyutan keras yang berasal dari jantung ini tak pernah ku rasakan sebelumnya, meskipun beberapa bulan awal kita berkenalan tak pernah terpikirkan olehku jika suatu saat nanti kamu yang akan mengisi relung hatiku, meski ternyata kamu berhasil menaburkan benih-benih perhatian dan cinta untuk kita panen. Tapi mengapa waktu kita sangat tidak tepat? Karena ternyata aku menyadari perasaan terpendammu saat kita sudah terpisah oleh status.


Ketika kamu memilih untuk meninggalkanku, mengapa? Mengapa perasaan penyesalan ini datang menumbrukku sedemikian hebat? Membuatku goyah dan terjatuh. Mengingatmu akan membuatku merasa seperti terbawa waktu kebeberapa tahun lalu, dimana kita selalu bersama. Hari-hariku mulai dipenuhi dengan senyuman manismu, dan tak jarang ketika aku berkedip, wajahmu lah yang akan selalu muncul, membayangkan tingkahmu saja sudah sukses membuatku tertawa.


Aku tahu seberapa banyak maaf yang kulontarkan dari mulutku takkan bisa merubah banyak hal, tapi aku tetap ingin mengatakannya, saat tatapan kita bertemu dan aku berharap kamu bisa melihat ketulusan dan penyesalan dari bola berwarna hitam dimataku, menerjang lurus-lurus jauh kedalam hatiku, dan aku akan mengucapkan kata yang dari awal memang harus ku-ucapkan. Maaf.


Semua ini berawal saat kamu memutuskan untuk berangkat ke Australia, meninggalkanku tanpa kabar , meninggalkanku saat aku membutuhkan pelukan dan sandaran, meninggalkan surat yang berhasil membuatku menangis, diantara perasaan lega, bersalah, menyesal dan bahagia. Bagaimana bisa surat sepenting ini tak terbaca? Sungguh, mungkin maaf juga takkan pernah ada artinya lagi. 


Kita sudah berpisah, memilih berhenti dan berjalan dijalan masing-masing, menggenggam erat tangan pasangan-pasangan baru kita dan pergi, melupakan rasa terkutuk ini , tersenyum lega sambil menatap langit yang mulai membiru. Melihatmu melangkah semakin menjauh yang tersenyum memandangi cantiknya kekasih barumu, dan aku juga akan tertawa melihat tingkah kekasih baruku ini. Mungkin ini jalan terbaik kita, tapi sebelum aku pergi bolehkah aku menjawab pertanyaanmu yang telah terpendam selama ini? 


“I will ..”



                                                                           *****

Senin, 21 Maret 2015


Dear, Chila

Maaf karena keberangkatanku yang terburu-buru, sampai-sampai aku tak sempat untuk mengabarkanmu, maaf ya. Kamu boleh cubit aku kok kalau nanti aku udah pulang, hehe.

Chila, mungkin aku akan pergi ke Australia untuk beberapa minggu, tapi aku mau kamu bisa menungguku pulang, karena saat aku pulang, aku gak akan pernah mau membuat kamu kesepian lagi. Kamu bisa nunggu aku kan?

Mungkin menurut kamu, aku aneh karena udah lancang meminta kamu untuk menungguku pulang, karena entah sudah berapa lama kamu bersedia menunggu kejelasan hubungan kita, tapi percayalah ini karena aku takut kamu akan melupakan aku. Sebenarnya aku juga gak tega biarin kamu kesepian, maaf Chila, aku benar-benar terpaksa harus ke Australia karena ada beberapa masalah yang harus segera aku selesaikan, tapi aku janji aku akan pulang.

Dan sebenarnya aku juga pengen jujur,  orang yang sedang aku sukai itu kamu, hahaha lucu ya kalau aku ingat kamu pas lagi maksa-maksa aku buat kasih tahu siapa orangnya. Kamu tahu? perasaan ini udah sangat lama aku pendam. Iya, aku jatuh cinta pada pandangan pertama.

Aku jatuh cinta padamu, Chila.

Will you be mine?

Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang, karena aku akan menunggu jawaban itu saat aku pulang dari Australia, kamu jaga diri baik-baik ya! :) huh~ sebenarnya sangat sulit mengingat aku sudah terbiasa dimanjakan oleh senyuman-senyumanmu, kamu tahu? Bisa dipastikan hari-hariku akan berat, tanpa kamu.


                                                                                                                                   With Love,
                                                                                                                              Austin Theodore



Kurasakan sebutir air hangat keluar berhasil menembus pertahanan dikelopak mataku, surat ini tertumpuk diantara buku-buku yang mulai usang, seingatku beberapa hari yang lalu buku-buku ini akan segera kubuang, tapi sepucuk surat berwarna biru dengan pita merah muda membuatku tertarik untuk membukanya, tepat dua minggu setelah kamu menghilang entah kemana. Mengapa surat sepenting ini malah tak terbaca olehku? Ingin rasanya aku memutar waktu, tapi jika aku bisa. Dan seketika itu dapat ku rasakan air mataku mengalir deras.


Aku juga mencintaimu..
Tapi maaf, aku sudah menjadi miliknya..
Dia memberikan kepastian yang selama ini kuharapkan darimu..
Dan ketika aku membutuhkanmu, kamu menghilang dan dia memberikanku beribu janji..
Maaf, Austin, aku tak pernah tahu kalau kamu memintaku untuk menunggumu pulang..
Aku hanya dapat berharap kamu bisa bahagia..
Meskipun bukan aku yang mendapat kesempatan itu..




The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar