Kita tidak akan hidup dimasa lalu, kan? Meski kadang cinta itu tak memandang perbedaan yang terlampau jauh, cinta juga dapat membuat kita tersenyum, lalu menangis, tapi meskipun kita tahu dia akan membuat kita menangis, sekuat apapun berusaha, kita tidak akan pernah bisa menghindarinya.
Different
Different
Entah sudah berapa kali aku mengatakan lelah, entah sudah
berapa kali mataku berwarna merah dan sembab akibat menangis, entah berapa kali
kamu sakiti aku, sejak tadi aku hanya bisa membenamkan wajahku diantara
buku-buku ini, berharap tak ada seorang pun yang bisa melihat wajah muramku
saat ini, aku sangat membenci keadaan dimana aku harus tersenyum secara
terpaksa agar terlihat ceria. Sungguh semua ini sungguh melelahkan, harus
memikirkan perasaan orang lain sedangkan perasaaanku sendiri sedang kacau.
Semua ini karena kamu, laki-laki yang sangat kucintai dan telah pergi.
Entah sudah berapa kali aku bahagia karena cinta dan
kehangatan yang kamu berikan, tapi entah berapa kali juga aku menangis karena
sifatmu yang terlalu berbeda denganku, kita memang sudah berbeda dari awal,
entah sudah berapa kali aku mengingatkan hatiku untuk bisa menjaga perasaanku,
aku tahu perasaan ini akan berubah menjadi cinta dan menuntut kejelasan jika
dibiarkan mengalir. Tapi entah kenapa, sekuat apapun aku berusaha, akhirnya aku
jatuh juga. Jatuh ke lubang hatimu saat aku tidak berhati-hati melangkah.
Perbedaan kita membuat penyesalan yang selama ini kuhindari malah semakin
dekat. Sifat dan jarak kita yang terlalu jauh semakin menegaskan bahwa kita
memang tak akan pernah bisa bersama.
Aku tahu ini salahku, dan tolong jangan salahkan aku! Aku
sudah cukup menderita karena penyesalanku beberapa tahun ini tak kunjung
hilang, maaf. Salahku yang terlalu lelah
menunggu, salahku yang tak pernah mengerti sinyal-sinyal cinta darimu, salahku
yang kurang peka, salahku juga karena aku berpaling kepada dia yang
memberikanku kepastian , dan sedikit bumbu dari salahmu yang terlalu mengulur
waktu telah sukses memisahkan kita.
Entah kapan desiran aneh ini muncul, setahu-ku denyutan-denyutan
keras yang berasal dari jantung ini tak pernah ku rasakan sebelumnya, meskipun
beberapa bulan awal kita berkenalan tak pernah terpikirkan olehku jika suatu
saat nanti kamu yang akan mengisi relung hatiku, meski ternyata kamu berhasil
menaburkan benih-benih perhatian dan cinta untuk kita panen. Tapi mengapa waktu
kita sangat tidak tepat? Karena ternyata aku menyadari perasaan terpendammu
saat kita sudah terpisah oleh status.
Ketika kamu memilih untuk meninggalkanku, mengapa? Mengapa
perasaan penyesalan ini datang menumbrukku sedemikian hebat? Membuatku goyah
dan terjatuh. Mengingatmu akan membuatku merasa seperti terbawa waktu
kebeberapa tahun lalu, dimana kita selalu bersama. Hari-hariku mulai dipenuhi
dengan senyuman manismu, dan tak jarang ketika aku berkedip, wajahmu lah yang
akan selalu muncul, membayangkan tingkahmu saja sudah sukses membuatku tertawa.
Aku tahu seberapa banyak maaf yang kulontarkan dari mulutku
takkan bisa merubah banyak hal, tapi aku tetap ingin mengatakannya, saat tatapan
kita bertemu dan aku berharap kamu bisa melihat ketulusan dan penyesalan dari
bola berwarna hitam dimataku, menerjang lurus-lurus jauh kedalam hatiku, dan
aku akan mengucapkan kata yang dari awal memang harus ku-ucapkan. Maaf.
Semua ini berawal saat kamu memutuskan untuk berangkat ke
Australia, meninggalkanku tanpa kabar , meninggalkanku saat aku membutuhkan
pelukan dan sandaran, meninggalkan surat yang berhasil membuatku menangis,
diantara perasaan lega, bersalah, menyesal dan bahagia. Bagaimana bisa surat sepenting
ini tak terbaca? Sungguh, mungkin maaf juga takkan pernah ada artinya lagi.
Kita sudah berpisah, memilih berhenti dan berjalan dijalan
masing-masing, menggenggam erat tangan pasangan-pasangan baru kita dan pergi,
melupakan rasa terkutuk ini , tersenyum lega sambil menatap langit yang mulai
membiru. Melihatmu melangkah semakin menjauh yang tersenyum memandangi
cantiknya kekasih barumu, dan aku juga akan tertawa melihat tingkah kekasih
baruku ini. Mungkin ini jalan terbaik kita, tapi sebelum aku pergi bolehkah aku
menjawab pertanyaanmu yang telah terpendam selama ini?
“I will ..”
*****
Senin, 21 Maret 2015
Dear, Chila
Maaf karena
keberangkatanku yang terburu-buru, sampai-sampai aku tak sempat untuk mengabarkanmu,
maaf ya. Kamu boleh cubit aku kok kalau nanti aku udah pulang, hehe.
Chila, mungkin aku
akan pergi ke Australia untuk beberapa minggu, tapi aku mau kamu bisa
menungguku pulang, karena saat aku pulang, aku gak akan pernah mau membuat kamu
kesepian lagi. Kamu bisa nunggu aku kan?
Mungkin menurut kamu,
aku aneh karena udah lancang meminta kamu untuk menungguku pulang, karena entah
sudah berapa lama kamu bersedia menunggu kejelasan hubungan kita, tapi
percayalah ini karena aku takut kamu akan melupakan aku. Sebenarnya aku juga
gak tega biarin kamu kesepian, maaf Chila, aku benar-benar terpaksa harus ke
Australia karena ada beberapa masalah yang harus segera aku selesaikan, tapi
aku janji aku akan pulang.
Dan sebenarnya aku
juga pengen jujur, orang yang sedang aku
sukai itu kamu, hahaha lucu ya kalau aku ingat kamu pas lagi maksa-maksa aku
buat kasih tahu siapa orangnya. Kamu tahu? perasaan ini udah sangat lama aku
pendam. Iya, aku jatuh cinta pada pandangan pertama.
Aku jatuh cinta
padamu, Chila.
Will you be mine?
Kamu tidak perlu
menjawabnya sekarang, karena aku akan menunggu jawaban itu saat aku pulang dari
Australia, kamu jaga diri baik-baik ya! :) huh~ sebenarnya sangat sulit
mengingat aku sudah terbiasa dimanjakan oleh senyuman-senyumanmu, kamu tahu?
Bisa dipastikan hari-hariku akan berat, tanpa kamu.
With
Love,
Austin Theodore
Kurasakan sebutir air hangat keluar berhasil menembus
pertahanan dikelopak mataku, surat ini tertumpuk diantara buku-buku yang mulai
usang, seingatku beberapa hari yang lalu buku-buku ini akan segera kubuang,
tapi sepucuk surat berwarna biru dengan pita merah muda membuatku tertarik
untuk membukanya, tepat dua minggu setelah kamu menghilang entah kemana.
Mengapa surat sepenting ini malah tak terbaca olehku? Ingin rasanya aku memutar
waktu, tapi jika aku bisa. Dan seketika itu dapat ku rasakan air mataku
mengalir deras.
Aku juga mencintaimu..
Tapi maaf, aku sudah
menjadi miliknya..
Dia memberikan
kepastian yang selama ini kuharapkan darimu..
Dan ketika aku
membutuhkanmu, kamu menghilang dan dia memberikanku beribu janji..
Maaf, Austin, aku tak
pernah tahu kalau kamu memintaku untuk menunggumu pulang..
Aku hanya dapat
berharap kamu bisa bahagia..
Meskipun bukan aku
yang mendapat kesempatan itu..
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar