Kali ini gue ada cerpen nih, ya berbeda dari cerpen-cerpen gue yang lain, cerpen ini genre-nya romantic gitu, tanpa ada unsur komedi didalamnya, buat pada pembaca yang lagi galau ataupun pengen baca cerpen romantis, coba deh baca ini! :))
Little Love
Kita telah tumbuh bersama, sungguh lucu, dulu kita berlari
bersama, tertawa, berbicara dengan bahasa kita, meski belum terlalu fasih dan
aneh saat didengar oleh orang lain, kita tetap mengerti satu sama lain. Kita
lahir ditanggal dan bulan yang sama. Ingatkah kamu saat kita bermain petak
umpet? Kamu menarik tanganku saat Monica hampir menemukanku, kita berlari dan
bersembunyi disebuah pohon besar dibelakang sekolah. Disitulah saat pertama
kali aku sadar bahwa kamu sangat keren, kamu mengenakan seragam sekolah
berwarna biru dengan dasi pita dibagian leher, pipimu yang chubby dan matamu yang berwarna coklat menatap lekat wajahku yang
mulai memerah, sambil berkata “Aku bakal lindungin kamu”. Hingga sekarang masih
teringat jelas memori itu, memori saat kita masih duduk dibangku kelas 2 SD.
Setelah kelelahan akibat berlari, kita memutuskan untuk
duduk dibawah pohon besar itu, mataku tak berhenti menatap wajah lucumu, ketika
angin berhembus dan membuat daun-daun yang mulai menguning itu jatuh, kamu
memutuskan untuk beristrihat sejenak, aku menawarkan diri untuk menjadi
sandaran mu, dan kamu pun mulai tertidur dipangkuanku. Sejenak tangan mungilku
mulai menyentuh wajahmu yang terlelap, ada perasaan takut dan senang saat
tanganku berhasil menyentuh hidungmu, raut wajahmu yang terlihat lelah terlihat
sangat keren, tiba-tiba pita suaraku melantunkan lagu tanpa bisa kucegah. Lagu
itu, lagu kita, apakah kamu masih ingat?
Kita selalu bersama setiap hari, seakan tak terpisahkan,
dimana ada kamu, pasti ada aku. Aku tak mengerti apa yang membuatmu tetap ingin
menjadi temanku, saat semua orang menjauhiku dan mengataiku “bebek gendut”,
kamu akan selalu melindungiku dan memarahi orang-orang yang mengejekku. Saat
ada anak perempuan lain yang menyuruhku menjauhimu karna aku jelek, kamu akan
tetap berada disampingku sambil menggenggam tanganku erat-erat. Dan kata-kata
yang sudah kuhafal dan takkan kulupakan adalah “Lily itu cantik, kamu tuh yang
jelek!”. Mungkin aku harus berterima kasih dengan orangtua mu karna memilih
tinggal disebelah rumahku, mungkin aku juga harus berterima kasih kepada kepala
sekolah yang selalu membuat kita berada dikelas yang sama, dan aku juga harus
berterima kasih denganmu karena kamu telah membawa perubahan besar didalam
hidupku. Pahlawanku Romy.
Kamu adalah sabahat
terbaikku, semakin hari kita semakin besar, ada suatu kekhawatiran yang hadir
disetiap mimpi-mimpiku. Apakah suatu hari kamu akan sadar bahwa aku sangat
jelek dan berlari menjauhiku? Mungkinkah kamu akan jatuh cinta dengan perempuan
lain dan melupakanku? Apakah mungkin kalau selama ini kamu hanya mengganggapku
teman kecilmu? Saat itu kita sudah kelas 6 SD dan akan segera menjadi murid
SMP. Sudah 4 tahun lamanya aku memendam perasaan ini, perasaan yang tak wajar
dan sangat menyiksaku ketika memikirkanmu. Setiap hari ketika aku merasa
kesepian maka aku akan bersembunyi dipohon besar itu, saat aku sedih karena
dimarahin mama, aku juga akan pergi kesitu, karena disitu aku akan merasa
tenang, tempat dimana aku jatuh cinta padamu. Tempat dimana kita mengukir nama
kita satu sama lain, tempat dimana kita mengubur surat yang akan dibuka 10
tahun lagi. Pohon kita.
Masih ingatkah kamu saat kita menjadi murid SMP? Hal itu
sama sekali tidak merubah perasaanku padamu. Setiap hari kita lewati
berdua, kamu sudah bertambah tinggi,
suaramu juga mulai memberat, aku juga mulai tumbuh, semakin besar kita
bertumbuh semakin besar juga perasaanku. Demi kamu , aku mencoba untuk menjadi
seorang gadis yang cantik dan menarik. Demi kamu juga aku berjuang untuk
menjadi seekor angsa, bukan bebek gendut lagi, hanya karena aku takut kamu akan
tertarik dengan perempuan lain dan melupakanku. Tapi ternyata selama ini aku
melupakan satu hal, bukan penampilan lah yang menghasilkan cinta, melainkan
kecantikan yang berasal dari hati.
Masih ingatkah kamu ketika kamu berlari kearahku sambil
membawa sebuah surat cinta dari Rini? Senyumanmu tak pernah padam saat
membacakan isi surat itu, membuat perasaanku jatuh dan tersiksa, membuat air
mataku mengalir diam-diam disela-sela tawamu, mengukirkan sebuah senyuman
terpahit yang pernah ku buat. Sama seperti senyumanmu sekarang, senyuman yang
tak pernah bisa padam didalam lubuk hatiku. Romy,
apakah kamu juga tersenyum saat mengingatku?
Kesakitanku tidak berhenti sampai saat itu saja, hatiku
semakin sakit saat kamu memberi tahu bahwa kamu telah jatuh cinta dengan Rini.
Lagi-lagi senyuman manis itu, saat kamu bercerita tentang Rini dengan segala
kelebihannya, tahukah kamu kalau kamu sedang menyakiti perasaanku? Aku tidak
bisa menahan diri, aku hanya bisa berlari, berharap kamu bisa menghentikan
kata-kata itu. Kakiku berlari menjauhimu dan membawaku ketempat kenangan kita.
Ya, pohon kita. Disana air mataku mengalir lagi, entah sudah berapa banyak air
mata yang telah aku keluarkan disini, entah sudah berapa kali pohon besar ini
melihatku menangis, angin juga ikut berhembus dengan lembut seakan ingin
menghiburku. Entah sudah berapa banyak kado yang telah kukubur disini. Kado
yang tadinya ingin ku berikan padamu di saat hari kelahiran kita. Tapi karena
rasa pengecutku, aku hanya bisa menguburnya. Berharap perasaanku juga bisa terkubur untukmu selamanya.
Saat malam perpisahan itu telah tiba, aku telah banyak
berusaha, meskipun malam itu aku menjadi Ratu Prom Night , meskipun malam itu aku menjadi wanita tercantik
diantara teman-temanku, itu sama sekali tidak membuat perasaanku membaik,
karena malam itu, hatiku hancur, hancur berkeping-keping. Lagi-lagi kamu
mengingkari janjimu, bukankah kamu berjanji bahwa kamu akan selalu
melindungiku? Bagaimana kamu bisa melindungiku jika kamu akan melindungi wanita
lain? Kenapa bukan aku saja yang menjadi pendampingmu malam itu dan seterusnya?
Kenapa harus dia? Apakah dia mencintaimu lebih dari aku? TIdak mungkin, karna cintaku padamu adalah cinta yang paling besar dan
tulus.
Saat itu juga aku berhenti berharap, saat itu juga aku
berhenti mencintaimu, saat itu juga aku belajar melewati hidupku tanpa kamu.
Saat itu kita sudah menjadi murid SMA, saat itu kita mulai menjauh. Kehidupanku
tanpamu segera dimulai saat itu juga, pada hari, jam, menit, dan detik itu
juga. Kadang-kadang kita memang harus belajar melepaskan, bukan? Aku akan
selalu bahagia jika melihatmu bahagia, meskipun kebahagianmu bukan denganku,
tidak apa-apa. Kita telah dewasa, bukankah orang dewasa harus merelakan sesuatu
yang bukan tercipta untuknya? Selamat
tinggal Romy, cinta pertamaku.
Aku tak pernah menyangka akan seperti apa kehidupanku
tanpamu didalamnya, karena sejak kecil aku telah hidup dengan bayang-bayangmu,
telah tumbuh denganmu, perasaan kehilangan kamu inilah ketakutan yang selalu
hadir didalam mimpiku selama ini. Kita benar-benar terpisah, seperti ada tembok
yang memisahkan kita setiap aku merindukanmu, entah dari mana asal tembok itu,
mungkin ia terbuat dari perasaanku yang takut akan jatuh cinta padamu lagi. Yang
aku tahu beberapa tahun lalu kamu telah berpisah dengan wanita itu, hubungan
kalian hanya bertahan 1 bulan. Entah apa alasannya, aku tak pernah berani
berharap, aku takut harapanku akan membunuh
perasaan yang telah ku temboki ini.
Aku tak pernah menduga
apa yang sedang kamu sembunyikan.
Aku juga tak pernah
mengerti kenapa kamu membawaku kepohon tua ini?
Mengapa tanah dan
udara disekitar pohon ini terlihat sangat berbeda?
Apakah kamu akan membuat ku menangis lagi?
Ataukah kamu akan
menepati janjimu 10 tahun lalu?
Saat ini kita memandangi wajah satu sama lain, dan kamu
mengulangi kata-kata yang kamu ucapkan kala itu “Aku bakal lindungin kamu”. Aku
tak mengerti apa yang sedang kamu rencanakan, aku hanya bisa menatap
lekat-lekat matamu yang sudah sangat ku rindukan.
“Lily, kamu ingat janji kita 10 tahun lalu? Tidak terasa
yah, kita sudah sebesar ini”
“Tentu saja, aku tidak akan melupakan hari itu” jawabku
pelan.
“Aku sudah menggali surat yang telah kita gali saat itu, apa
kamu siap untuk mendengarnya?” tanya Romy membuat tenggorokanku tercekik, aku
tak bisa berbicara lagi, udara sore ini mendadak dingin dan sejuk.
“Sebenarnya aku sudah membaca suratmu tadi, dan aku baru
tahu perasaanmu padaku selama ini”
“Aku ingin membacakan
suratku untukmu” Romy mengambil suratnya dan membukanya sedikit demi
sedikit.
Jantungku sudah hampir meledak. Setelah terbuka, Romy pun mulai membacakannya.
“… Lily, sebenarnya aku sudah jatuh cinta denganmu sejak
pertama kali melihatmu menolong kucing didepan rumahku, menurutku kamu sangat
cantik, sampai selamanya kamu tetap akan menjadi cewek tercantik..”
Benarkah? Maksudmu,
kamu juga telah jatuh cinta padaku? Sejak kecil?
“Itu suratku saat kita masih kelas 6 SD, mungkin agak konyol
dan terkesan berbelit-belit, tapi aku mau kamu tahu kalau selama ini sudah
banyak perubahan yang telah kita lewati”
Maksud kamu, aku
hanyalah bagian dari masa kecilmu? Hanya itu?
“Aku akan merobek surat ini, ini hanyalah bagian dari masa
lalu kita, aku tak peduli apa yang terjadi saat kita kecil dulu”
Kamu ingin membuatku
menangis lagi, Rom?
“Aku hanya ingin membuat cerita baru denganmu, maaf jika
selama ini aku selalu membuatmu menangis, sekarang dengar lah surat kecil yang
kubuat untuk sabahat terbaikku” Romy terlihat gugup sambil mengeluarkan secarik
kertas dari saku celananya.
“… Aku selalu mencintaimu dari dulu hingga sekarang, tanpa
pernah aku sadari bahwa kamu memang satu-satunya gadisku….”
Air mataku mengalir , tapi kali ini bukan karena kesedihan
lagi, ini tangis kebahagiaan.
Tanpa berpikir panjang , aku pun segera memelukmu, mencoba
mencium aroma tubuhmu yang sudah sangat kurindukan sambil membenamkan kepalaku
ke bahu yang bidang itu.
“… I Love you, my best friend…”
“..I never want to
lose you again..” pitaku sembari tersenyum.
You’re my first love, but now you’re
my last love.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar